Mengapa kita harus melakukan vaksinasi? ||tolong di jawab||
Answers
Answer:
Pemberian vaksin melalui kegiatan vaksinasi, baik melalui cara disuntikkan ataupun diteteskan ke dalam mulut, bertujuan untuk melakukan pembentukan antibodi dalam tubuh atau proses imunisasi yang akan berperan efektif dalam pencegahan penyakit tertentu guna melindungi diri terhadap resiko fatalitas maupun penularan penyakit. Banyak mitos dan hoaks tentang vaksin dan masyarakat perlu informasi yang tepat dan akurat agar dapar memiliki pemahaman yang benar dan mendorong sikap masyarakat agar tidak takut vaksin.
Dokter Reisa Broto Asmoro, Juru Bicara Satgas COVID-19 menyatakan. “Jika masyarakat melakukan vaksinasi, tidak saja memberikan perlindungan bagi orang yang diimunisasi, tetapi juga bagi lingkungannya, terutama karena ini membantu mengurangi penyebaran penyakit. Semakin banyak orang yang divaksinasi maka penyebaran penyakitnya akan semakin sedikit”. Hal ini disampaikan secara virtual dalam acara Dialog Produktif yang dilaksanakan di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) pada Kamis (8/10).
Dokter Reisa memberikan penjelasan bahwa vaksin adalah alat untuk membentuk antibodi dalam melawan penyakit tertentu. Sedangkan Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin, sementara imunisasi adalah proses di dalam tubuh yang merupakan hasil dari vaksinasi. Proses pembuatan vaksin sendiri selalu dilakukan melalui berbagai tahapan yang panjang, sampai akhirnya vaksin dapat diproduksi dan didistribusikan ke masyarakat.
“Vaksin didapat melalui berbagai teknik sesuai dengan jenis vaksin yang hendak dihasilkan, prosesnya panjang, bertahap, harus memenuhi prosedur yang ketat hingga dapat diproduksi serta didistribusikan ke masyarakat, ini untuk memastikan bahwa vaksin aman dan efektif untuk digunakan”, disampaikan oleh dokter Reisa.
Dalam melakukan edukasi mengenai vaksin ada dua tantangan yang sering dihadapi yaitu mitos dan hoaks soal vaksin, seringkali dipercaya dan menutupi fakta sebenarnya mengenai vaksin itu sendiri. Mitos dan hoaks ini seringkali muncul dan menjadi pembicaraan di ruang-ruang digital seperti media sosial dan grup percakapan Aplikasi tertentu.
Prof. Dr. Henri Subiakto, Staf Ahli Menteri Bidang Hukum Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan ."Hoaks merupakan persoalan yang serius, termasuk juga infodemic atau informasi seputar pandemi yang sudah diselewengkan, dan jumlahnya banyak. Ini dapat menyebabkan ketidakpercayaan”.
Lebih jauh dijelaskannya ,”Seringkali orang bertanya bukan kepada ahlinya, tetapi malah mencari info sendiri atau bertanya kepada sumber yang tidak jelas. Kita seharusnya bersikap skeptis, kritis dan selalu melakukan cek dan re-cek, selalu lakukan konfirmasi tanyakan pada ahlinya, kalau penyakit maka ahlinya ya dokter”.
Hoaks mempengaruhi bayangan realitas masyarakat dan menimbulkan kekhawatiran tidak berdasar. Oleh karena itu konsep bertanya pada ahlinya, perlu dikedepankan untuk memperoleh fakta sebenarnya dari suatu persoalan.
Dalam hal mitos, ada beberapa mitos yang seringkali dianggap fakta, termasuk efek samping dari vaksin yang setelah divaksinasi justru membuat sakit. Dokter Reisa menyatakan, ”Demam adalah fakta tetapi sebenarnya merupakan reaksi umum yang dikenal sebagai kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Kondisi ini tidak menimbulkan risiko fatal dan mudah ditangani”. Masih banyak mitos lain seputar vaksin dan dokter Reisa menyarankan masyarakat tidak ragu bertanya kepada dokter mengenai hal ini.
Dr. Hendri menjelaskan pandangannya, ”Masyarakat akan sehat kalau memiliki pemahaman yang benar dan berasal dari sumber yang benar Kemudian jangan percaya pada informasi-informasi yang belum tentu benar, menakut-nakuti, atau bahkan mengabaikan. Terakhir, percayalah pada ahlinya.”
Pada dialog ini, dokter Reisa juga mengingatkan masyarakat untuk tetap melakukan jadwal rutin vaksin baik itu vaksin wajib maupun vaksin tambahan yang direkomendasikan oleh pemerintah. Tidak saja kepada anak-anak tetapi juga kepada orang dewasa sesuai dengan vaksin yang diperlukan.
“Tidak ada kata terlambat untuk vaksinasi. Proteksi sejak dini untuk masa depan menyehatkan,” tutup dokter Reisa.
Tim Komunikasi Publik Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional.